Rabu, 09 Maret 2016

sungai silugonggo


Menguak Cerita Sejarah Asal-usul Sungai Silugangga

Image result for cerita sungai silugonggo
Direktoripati.com - Cerita, sejarah, asal-usul dan legenda Sungai Silugangga masih sangat minim ditulis di berbagai sumber seperti buku cerita rakyat. Padahal, Sungai Silugonggo menyimpan sejuta misteri bisu yang mesti banyak dipecahkan.

Ini menyangkut soal sejarah peradaban Kabupaten Pati, Jawa Tengah dari zaman ke zaman, dari satu kerajaan ke kerajaan, dan dari satu penguasa ke penguasa lainnya. Cerita, asal usul dan legendanya saat ini dicari banyak orang.

Konon, arti dan makna "Silugonggo" berasal dari kata lugong atau silogong atau jlegong yang berarti sungai yang suci atau disucikan. Dalam tradisi umat Hindu, sebuah sungai yang disucikan oleh masyarakat diyakini mengandung unsur supranatural.

Dalam tradisi zaman kuno dahulu, konon air dalam Kali Silugonggo digunakan untuk mensucikan orang yang telah mati atau meninggal. Penyucian orang mati di sungai ini biasanya diambil dari tujuh sumber mata air.

Fungsi ini sama dengan Sungai Gangga yang berada di Negara India pada bagian utara. Jika dikaitkan dengan kata "Gangga" dalam kepercayaan umat Hindu di India, diambil dari nama dewi yang menjadi cikal bakal sejarah Mahabharata dalam lakon Bhisma.

Antara sungai Gangga di India dan Silugangga di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia, keduanya punya fungsi yang sama, yakni sebuah kali yang disucikan oleh penduduk setempat. Namun, saat ini Sungai Silugonggo hanya sebatas sebagai kali untuk berlayar nelayan yang ingin melaut.

Foto Sungai Silugangga Kali Silugonggo Perbatasan Pati Juwana

Potret Kali Silugonggo Kuno Tahun 1500
Mulanya saat peradaban di Kadipaten Pati masih kuno, kali ini merupakan selat atau semacam "sungai raksasa" yang membentang dan membelah, memisahkan antara Pulau Jawa dengan Semenanjung Muria.

Jadi, Kadipaten Pati waktu itu terpisah di Semenanjung Muria dan Pulau Jawa. Dalam kisah atau cerita rakyat, selat ini memisahkan antara Kerajaan Carangsoka dan Paranggaruda di mana keduanya kemudian disatukan menjadi satu kerajaan bernama "Pesantenan" dan akhirnya menjadi "Pati".

Namun, cerita tutur itu belum bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kendati begitu, setiap sejarah yang bersumber dari legenda, mitos dan cerita tutur perlu diperhatikan karena di sana pasti ada "kata sandi" atau semacam "pasemon" yang bisa menjadi petunjuk dalam menggali dan menguak fakta sejarah.

Dari informasi yang dihimpun Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Direktoripati.com, pada tahun 1500 an Kali Silugonggo berupa hamparan selat yang sangat luas dan membentang. Ini zaman sebelum bangsa Portugis datang yang kemudian dikenal satu tokoh bernama "Baron Sekeber". Di sana adalah pusat perdagangan internasional lintas negara, baik dari Eropa, Arab, China dan negara-negara asing Eropa yang ingin berdagang di Nusantara.

Karena perjalanan waktu, selat itu menyempit karena sedimentasi hebat dari zaman ke zaman yang pada akhirnya mempersempit selat. Akhirnya, menjadi sungai kecil yang saat ini dijadikan jalan bagi nelayan-nelayan kecil untuk melaut di kawasan perairan utara Jawa.

Itulah sebabnya, daerah di kawasan ini selalu banjir saat musim penghujan tiba karena dulunya adalah selat atau sungai raksasa yang memisahkan dua pulau. Itulah sebabnya juga, sumber mata air di daerah sungai itu asin seperti Kecamatan Gabus, Jakenan, dan Juwana.

Ada sejumlah pengamat atau peneliti yang memprediksi, Kali Suligonggo nantinya akan menyatu menjadi daratan lagi. Ini sudah terbukti, sungai ini semakin sempit dan pinggiran sungai sudah banyak ditanami warga sekitar.

Dalam perjalanan sejarah panjang melintasi beragam "peradaban purba" di wilayah Pati, ada yang mengatakan sungai ini sebetulnya sudah tiga kali mengalami pemisahan dan penyatuan.

Cerita Sungai Silugonggo Juwana

Dulunya Sungai Silugonggo adalah Laut / Selat ?

 

Banjir besar yang melanda Kab. Pati, Kudus, Jepara dan sekitarnya sudah berlangsung hampir 3 minggu lamanya. Pada saat ini pun masih banyak wilayah yang masih tergenang air cukup tinggi. Terutama di daerah yang berdekatan dengan aliran sungai Juwana atau sungai Silugonggo...

Ada apa dengan sungai Juwana....?


Awalnya saya heran kenapa pelabuhan Juwana kok di pinggir sungai, tidak seperti pelabuhan lain yang biasanya ada di tepi laut. Dari keheranan ini saya akhirnya berspekulasi bahwa alasan kenapa pelabuhan itu terletak di sungai adalah kenyataan bahwa Juwana memiliki banyak tambak. Sehingga pusat perdagangan ikan tambak berpusat di sini. Maka untuk perdagangan ikan laut pun perlu disatukan dengan perdagangan ikan tambak,  sehingga tempat yang paling strategis buat pelabuhan ikan laut adalah di sungai ini yang dekat dengan area tambak. Sementara ini saya cukup puas dengan spekulasi ini. Namun pada akhirnya saya menemukan teori lain yang menurut saya dapat menjelaskan alasan di atas.

Menurut teori itu, dulunya Gunung Muria terpisah dengan pulau Jawa. Antara keduanya dipisahkan dengan sebuah selat. Kota Jepara, Kudus dan Pati Utara awalnya ada di daratan pulau Muria itu. Hal itu berlangsung sampai dengan abad ke 16 Masehi. Namun karena pendangkalan lambat laun selat itu akhirnya menyempit dan sampai sekarang hanya selebar sungai Juwana itu. Daerah Juwana sendiri kalau berdasar teori ini berarti awalnya adalah laut yang lambat laun mendangkal menjadi payau atau rawa-rawa.
Teori ini dikuatkan oleh beberapa kenyataan historis. Antara lain adalah sejarah kerajaan Demak Bintoro. Kerajaan Demak adalah kerajaan maritim dan pusat pemerintahannya di daerah Glagah Wangi. Tetapi daerah Glagah Wangi saat ini jaraknya sekitar 30 km dari pantai. Jadi dulunya Glagah Wangi adalah pantai, namun lambat laun karena pendangkalan akhirnya pantainya bergeser ke utara menjauh dari Glagah Wangi.
Jadi saat itu (kalau menurut teori ini), Pelabuhan Juwana awalnya berada di selat. Dan selat ini pada masa lalu merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan Demak dan Tuban sebagai Pelabuhan terbesar saat itu. Dan bisa jadi pelabuhan Juwana adalah tempat transit di antara keduanya. Dengan kata lain Pelabuhan Juwana sejak zaman dulu telah ramai dikunjungi kapal-kapal dagang maupun kapal nelayan.
Tulisan ini hanya sekadar spekulasi saya semata yang referensinya saya ambil dari berbagai sumber di dunia maya. Bahkan dari materi pelajaran geografi selama di sekolah belum pernah saya temui teori ini. Jadi bagi para pembaca yang ingin tahu lebih banyak tentang teori ini silakan googling sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar