Senin, 21 Maret 2016

story of juwana

Kamis, 20 Maret 2014

CATATAN SEJARAH JUWANA (JOANA) DI BELANDA


Dalam penelusuran sejarah daerah kita sendiri terkadang kesulitan, karena tiadanya dokumentasi yang jelas. Kerja dokumentasi memang tidak dianggap penting oleh nenek moyang kita, atau memang karena belum mempunyai pengetahuan soal itu. Sehingga jikalau ingin mengetahui dokumentasi derah kita, sebagai rekam sejarah zaman dulu perlu pergi ke Belanda. Konon disana lebih lengkap dokumentasi. Seperti kita ketahui salah satu situs milik Belanda memuat beberapa foto soal Joana (Juwana:sekarang).

Berikut foto-foto yang termuat dalam situs milik Nederland http://www.geheugenvannederland.nl/?/nl/zoekresultaten/pagina/1/joana/%28joana%29/&colcount=0&wst=joana sebagai salah satu peninggalan sejarah didaerah kita Juwana tercinta : 
1. sebuah surat saham perusahaan kereta api Semarang-Juwana (Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij)
                                              .

Judul: Sebuah saham Perusahaan Tramway Samarang-Joana (a)
kata Kunci: Eropa, teks, sosial, politik, hukum, Jawa Tengah (lokasi), Indonesia (lokasi)
Verv.jaar: 1899
teknik: kertas
obyek: saham
Ukuran: 17 x 24 cm (6 11/16 x 9 7/16 masuk)
Sumber: 5553-1a (saham, obligasi), Pameran Dunia Kolonial, Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Copyright: Untuk informasi: Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Catatan: Dari: Koleksi materi budaya
Dokumen ini terdiri dari tiga bagian: Proporsi (a) Selembar dengan kupon (b) Pernyataan (c).

2. Sebuah kereta uap untuk kantor pusat Perusahaan Tramway Semarang-Joana
                          

Judul: Sebuah kereta uap untuk kantor pusat Perusahaan Tramway Semarang-Joana
Author:
fotografer: Photographisch Atelier Kurkdjian
kata Kunci: Semarang (budaya) transportasi oleh manusia / mekanik
Verv.jaar: ca 1.915 Verv.plaats: Semarang, Indonesia
teknik:
Bahan: Kertas
obyek: foto
Sumber: [A20-299] Kern Fotografi Koleksi, Museum of Ethnology
Copyright: Untuk informasi lebih lanjut: National Museum of Ethnology

3. Portrait of Werono (wedono) oleh Joana. Difoto dari masyarakat ilmu pengetahuan, eksotis antara 1860 dan 1920 dari Museum of Ethnology
                                                  

Judul: Portrait of Werono / wedono oleh Joana, Kumpulkan potret Collection India Jawa bangsawan studio potret
Author:
diketahui kata Kunci: potret Jawa (budaya) status, pangkat dan martabat tanda-tanda, pengidentifikasi
Verv.jaar: 1879
Verv.plaats: Jawa, Indonesia
teknik:
Bahan: kertas, karton
Teknik: albumen print
Mounting: ke kartu
obyek: foto
Ukuran: Medium: 12,7 x 8,4 cm - Picture: 11,4 × 7,6 cm
Sumber: [A360-1], Kern Fotografi Koleksi, Museum of Ethnology
Copyright: Untuk informasi lebih lanjut: National Museum of Ethnology

4. Potret Raden Ayu Wurno oleh Joana, Difoto dari masyarakat ilmu pengetahuan, eksotis antara 1860 dan 1920 dari Museum of Ethnology

                                        

Judul: Portrait of Raden Ayu Wurno oleh Joana, Jawa bangsawan. studio potret Kumpulkan potret Collection India
Author:
Diketahui Kata Kunci: potret Jawa (budaya) status, pangkat dan martabat tanda-tanda, pengidentifikasi
Verv.jaar: 1879
Verv.plaats: Jawa, Indonesia
Bahan: kertas, karton
Teknik: albumen print
Mounting: ke kartu
Obyek: foto
Ukuran: Medium: 12,8 × 8,4 cm - Picture: 11,3 × 7,9 cm
Sumber: [A360-2], Kern Fotografi Koleksi, Museum of Ethnology
Copyright: Untuk informasi lebih lanjut: National Museum of Ethnology

Keterangan foto : Bahasa asli adalah bahasa Belanda diterjemahkan versi google translate. (Irham Yuwanamu)



TERASI JUWANA MAKIN LAMA MAKIN ENAK

Jika melewati jalur pantura timur Semarang-Surabaya pasti akan menemukan kota kecil daerah pesisir yang sangat produktif. Yakni Juwana. Kota ini mempunyai produk-produk lokal yang terkenal seantero Nusantara. Mulai dari produk kerajinan kuningan, batik tulis, perikanan, garam, bandeng presto dan produk kuliner lainnya. Terasi adalah salah satunya. Terasi Juwana terkenal enak dan sedap. Penasaran mau tahu bagaimana cara pembuatannya, berikut liputannya.
                        

Terasi adalah salah satu bahan penyedap rasa makanan tanpa ada bahan kimia. Produk ini seperti menjadi bumbu wajib masakan. Rasanya ada yang kurang jika masakan tanpa menggunakan terasi. Di Juwana terasi sudah membudaya sejak dulu. Di kota kecil inilah banyak diproduksi masyarakat, karena  Juwana merupakan daerah pesisir sebagai penghasil ikan dan salah satunya bahan-bahan terasi.
                                                                        
Produksi terasi Juwana merupakan industri rumahan. Dibuat secara manual dan asli tanpa campuran bahan-bahan lain. Secara rasa dan kualitas terasi Juwana lebih enak dibanding dari terasi daerah lain, karena yang membedakan adalah dari segi bahan, dan proses pembuatannya.

Adapun proses pembuatan terasi Juwana berikut ini ; pertama dari segi bahan. Bahan terasi adalah dari udang rebon (udang yang kecil-kecil dan lembut bentuknya). Rebon sendiri ada  dua  jenisnya. Pertama rebon dari tambak dan yang kedua rebon dari laut. Dari dua rebon yang berbeda ini menghasilkan kualitas rasa yang berbeda. Kualitas rasa yang paling enak dan mantab adalah rebon dari tambak. Rebon tambak lebih enak karena kadar garamnya lebih rendah dan masih segar langsung diolah. Berbeda rebon laut kadar garamnya lebih tinggi biasanya menunggu lama sebelum di proses menjadi terasi. Kebanyakan terasi Juwana bahannya dari rebon tambak karena basis masyarakat sebagai petani tambak.
                                        

Selanjutnya proses yang kedua adalah rebon dari tambak dikeringkan. Pengringan ini dengan cara dijemur di bawah panas matahari. Setelah kering rebon digiling atau ditumbuk lembut lalu dikemplengpengemplengan terus dijemur dibawah terik matahari yang panas sampai dua kali / dua hari. Penggilingan, pengemplengan, penjemuran ini dilakukan sampai 3 tahap. Tujuannya adalah supaya rebon itu benar-benar lembut dan halus. Terasi yang lembut lebih enak rasanya dibanding degan yang masih kasar.
      

Tahap yang ketiga adalah fermentasi. Fermentasi tidak menggunakan bahan kimia apapun dengan membiarkan terasi ditempat khusus. Lamanya fermentasi terasi mulai dari 6 bulan hingga 2 tahun. Terasi yang difermantasi yaitu terasi yang sudah halus atau yang sudah lembut digiling sampai tiga kali, dibuat kotak-kotak besar dan disimpan di tempat penyimpanan yang bersih hingga waktu tertentu. Lamanya fermentasi juga mempengaruhi bentuk tekstur dan warna sekaligus rasa dari terasi itu sendiri. Semakin lama difermentasi atau semakin tua umurnya semakin enaka rasanya. Secara tekstur dan warna terasi yang difermentasi satu tahun, lebih kasar dan warnanya agak pucat, berbeda dengan yang 1,5 tahun teksturnya lebih halus dan warnanya mulai keluar bintik-bintik hitam. Dan yang 2 tahun lebih, teksturnya lebih halus dan warnanya hitam. Proses fermentasi ini termasuk proses yang ada di daerah Juwana dan tidak dilakukan didaerah lain.
  

Tahap selanjutnya setelah difermentasi, terasi dipotong kecil-kecil sesuai ukuran. Ada yang ukuran 1 kg, 0,5 kg, 1 ons dan seterunya. Sebelum dikemasi terasi yang sudah dipotong-potong itu dijemur sekali di bawah panas matahari sehingga didapatkan terasi yang sangat kering untuk menjaga kebersihan terasi supaya tidak menjamur.
                                 

Setelah dijemur kering terasi dikemas / dibungkus siap dijual. Di masyarakat pengemasan atau packaging ada yang masih sederhana dan ada juga yang mengikuti setandar nasional.

Para produsen terasi Juwana sangat menjaga mutu produk sebelum dipasarkan. Menjaga mutu ini dengan cara mendapatkan bahan rebon yang baik, menjaga kebersihan saat proses pembuatan, tidak memberikan campuran bahan kimia, dan pengemasan yang baik.
                              

Terasi Juwana hampir dikenal diberbagai pelosok Nusantara. Pemasarannya hingga nasional. Salah satu perusahan besar yang mampu memenuhi kebutuhan nasional di Juwana adalah “Selok Jaya”. Perusahaan  ini termasuk terbesar se-Jawa Tengah produksi terasi.

Jangan lewatkan jika berkunjung ke Juwana membeli oleh-oleh terasi enak dan sedap  salah satu produk lokal. Cara mendapatkan oleh-oleh ini tidak sulit. Disepanjang jalan pantura Juwana banyak toko penjual oleh-oleh khas juwana terutama terasi. Atau kalau mau datang langsung ke produsennya juga bisa, hampir setiap rumah warga membuat terasi, basisnya ada di desa Langgenharjo dan desa Bakaran. Bisa tanya kepada tukang ojek atau tukang becak minta diantarkan ke prdusen terasi.

Konsumen jangan kuatir jika terasinya tidak habis dalam satu hari atau satu minggu bahkan satu bulan. Satu tahun pun tidak apa-apa. Karena terasi ini berbahan alami, tidak menjamur dan tidak beracun. Semakin lama disimpan semakin enak rasanya karena sama dengan difermentasi secara alami. (Irham Yuwanamu)



Batik bakaran sudah terdaftarkan


Batik ini merupakan wujud ekspresi masyarakat pesisir pati. Sehingga corak motifnya memperlihatkan karakter masyarakat. Tergolong ada 2 jenis motif batik bakaran, yakni motif klasik dan motif terkini/ modern. Motif klasik adalah batik yang motifnya abstrak dan berupa simbol-simbol yang mempunyai cerita unik dalam pembuatannya. Batik klasik bakaran antara lain berwarna hitam, putih dan cokelat soga.

Yang kedua motif modern, yang ciri  khasnya adalah motif aktual berupa bunga, ikan, air,  pohon  dsb, yang warnanya bervariasi yang merupakan hasil inovasi masyarakat. Yang menjadi khasnya lagi batik bakaran adalah motif “retak atau remek”.Teknik perajinan batik ini masih bersifat sangat tradisional, diantara teknik dan prosesnya adalah nggirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, mbironi, nyogo, dan nglorod.



Sekarang ini batik bakaran sudah ada yang daftarkan oleh Ditjen HAKI sebagi motif batik milik kabupaten Pati. Terhitung semuanya berjumlah 17 motif yang terdaftarkan.17 motif itu semuanya adalah motif klasik. Diantaranya adalah, motif blebak kopik, rawan, liris, kopi pecah, truntum, gringsing, sidomukti, sidorukun, dan limaran,  dan lain sebagainya.

Batik ini bagian dari karya budaya nenek moyang. Selain batik banyak situs-situs sejarah dan budaya-budaya lain yang masih bisa disaksikan. Situs-situs itu mulai dari Sigit (masjid tanpa mihrab, sumur sumpah, pepunden dll. Ada beberapa tradisi-tradisi kuna yang masih kental pada saat ini seperti, masyarakat tidak berani menjual nasi, tidak berani membangun rumah dengan bata merah, jika punya hajat harus ke pepunden apalagi saat hajat pernikahan, yaitu mengelilingi pepunden beberapa kali. 
(Irham Yuwanamu)


MISTERI ASAL MULA KALI SILUGONGGO JUWANA

                                                        
Awalnya saya heran kenapa pelabuhan Juwana kok di pinggir sungai, tidak seperti pelabuhan lain yang biasanya ada di tepi laut. Dari keheranan ini saya akhirnya berspekulasi bahwa alasan kenapa pelabuhan itu terletak di sungai adalah kenyataan bahwa Juwana memiliki banyak tambak. Sehingga pusat perdagangan ikan tambak berpusat di sini. Maka untuk perdagangan ikan laut pun perlu disatukan dengan perdagangan ikan tambak,  sehingga tempat yang paling strategis buat pelabuhan ikan laut adalah di sungai ini yang dekat dengan area tambak. Sementara ini saya cukup puas dengan spekulasi ini. Namun pada akhirnya saya menemukan teori lain yang menurut saya dapat menjelaskan alasan di atas.

Menurut teori itu, dulunya Gunung Muria terpisah dengan pulau Jawa. Antara keduanya dipisahkan dengan sebuah selat. Kota Jepara, Kudus dan Pati Utara awalnya ada di daratan pulau Muria itu. Hal itu berlangsung sampai dengan abad ke 16 Masehi. Namun karena pendangkalan lambat laun selat itu akhirnya menyempit dan sampai sekarang hanya selebar sungai Juwana itu. Daerah Juwana sendiri kalau berdasar teori ini berarti awalnya adalah laut yang lambat laun mendangkal menjadi payau atau rawa-rawa.
                             
                                          
Teori ini dikuatkan oleh beberapa kenyataan historis. Antara lain adalah sejarah kerajaan Demak Bintoro. Kerajaan Demak adalah kerajaan maritim dan pusat pemerintahannya di daerah Glagah Wangi. Tetapi daerah Glagah Wangi saat ini jaraknya sekitar 30 km dari pantai. Jadi dulunya Glagah Wangi adalah pantai, namun lambat laun karena pendangkalan akhirnya pantainya bergeser ke utara menjauh dari Glagah Wangi.

Jadi saat itu (kalau menurut teori ini), Pelabuhan Juwana awalnya berada di selat. Dan selat ini pada masa lalu merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan Demak dan Tuban sebagai Pelabuhan terbesar saat itu. Dan bisa jadi pelabuhan Juwana adalah tempat transit di antara keduanya. Dengan kata lain Pelabuhan Juwana sejak zaman dulu telah ramai dikunjungi kapal-kapal dagang maupun kapal nelayan.

Tulisan ini hanya sekadar spekulasi saya semata yang referensinya saya ambil dari berbagai sumber di dunia maya. Bahkan dari materi pelajaran geografi selama di sekolah belum pernah saya temui teori ini. Jadi bagi para pembaca yang ingin tahu lebih banyak tentang teori ini silakan googling sendiri. (Mbah Latif)



KALI SILUGONGO ANUGERAH ORANG JUWANA


Memang tidak dapat disangkal bahwa beberapa titik di Juwana adalah daerah rawan banjir. Terutama yang bersinggungan dengan aliran sungai Silugonggo. Beberapa kali  terjadi banjir besar yang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Bencana banjir terjadi saat curah hujan yang sangat tinggi sehingga air sungai meluap ke daratan. Sungai Silugonggo atau sungai Juwana ini termasuk sungai yang terbesar di wilayah Pati. Panjangnya lebih dari 65 km membentang dari bibir muara di  Juwana sampai dengan wilayah Kudus. Ratusan anak sungai kecil juga bermuara kepadanya.
                         

Namun jika kita renungkan lebih dalam, sesungguhnya sungai Silugonggo ini adalah sumber kehidupan masyarakat Pati. Ia menjadi andalan para petani dalam mengairi areal sawah mereka. Para petani tambak bandeng dan udang pun membutuhkan air sungai ini. Barangkali tanpa sungai ini Kabupaten Pati bukan lagi sebagai Bumi Mina Tani. Tanpa sungai Silugonggo mungkin tak ada lagi padi yang bisa dipanen. Dan tanpa sungai ini pula mungkin tak ada lagi bandeng dan udang segar yang bisa kita ambil.

Di sungai ini juga terdapat pelabuhan dan tempat pelelangan ikan. Di sini pula geliat roda ekonomi berputar. Hiruk pikuk perdagangan ikan itu juga melibatkan ratusan tenaga kerja, dari mulai saudagar pemilik kapal, para pedagang, para nelayan sampai dengan para kuli pengangkut ikan. Mereka semua mengais berkah dari keberadaan sungai ini. Juga fungsinya sebagai jalan alternatif bagi para petani tambak untuk mengangkut hasil panenannya dari tambak. Ini berarti sumber rejeki bagi para pemilik perahu motor kecil.
                                     
Selain itu Sungai Silugonggo ini bisa menjadi alternatif tujuan rekreasi. Kita bisa ajak teman-teman atau keluarga menyusuri sungai ini dengan menyewa cukrik (perahu motor kecil) sampai ke batas laut. Suasana air yang tenang dan birunya langit lepas akan membuat pikiran lebih fresh lepas dari urusan pekerjaan rutin yang melelahkan. Bagi yang suka memancing, ini adalah tempat yang pas. Di beberapa titik ada tempat-tempat favorit buat mancing. 
                            


Ada legenda menarik di sungai ini. Di sungai ini terdapat pulau kecil yang dikenal sebagai pulau Seprapat. Di atasnya terdapat makam Datuk Lodhang, tokoh legenda yang hidup sezaman dengan Sunan Muria. Dulu tempat ini sebagai katanya banyak monyet-monyet tapi sekarang sudah tak terlihat lagi. Konon katanya pula dulu tempat ini dijadikan sebagai tempat pesugihan. Dan para monyet itu adalah jelmaan dari korban yang dijadikan tumbal. Wallahu ‘alam.

Memang Sungai Silugonggo adalah sebuah anugerah alam. (Mbah Latif)







 KETHOPRAK dari PANTURA JUWANA


Suasana mendadak agak hening. Terang sorot lampu panggung meredup diganti dengan remang cahaya merah pada background panggung yang bergambar gapura sebuah istana. Lalu terdengar prolog dalam bahasa jawa yang diiringi irama rancak gamelan jawa.Seiring berakhirnya prolog, irama gamelan semakin cepat, dibarengi gelegar petasan dan kembang api. Asap kembang api yang mengepul bercampur dengan kedap-kedip cahaya merah kuning hijau menciptakan suasana panggung yang spektakuler, meski belum menggunakan teknologi tata cahaya laser. Sesaat kemudian muncullah 8 bidadari cantik membawakan tarian yang indah nan gemulai.Itulah gambaran adegan khas saat akan dimulainya sebuah pagelaran kesenian kethoprak sebelum lakon utama dipementasan.
Kethoprak bakaran, begitulah orang sini menyebutnya adalah sebuah tradisi yang masih  eksis dipertunjukkan. Kesenian leluhur yang masih diuri-uri masyarakat desa Bakaran. Sebuah hiburan rakyat yang masih diidolakan meski harus bersaing dengan pertunjukkan modern serta sinetron-sinetron tv. Penontonnya masih cukup banyak. Pada even-even desa semacam sedekah bumi, sedekah laut atau suronan, kethoprak pasti menjadi salah agenda tetapnya. Selain itu juga masih sering ditanggap pada acara-acara seperti pernikahan,sunatan, atau acara slametan. Beberapa orang juga nanggap ketroprak karena kaul atau nadzar ketika sudah tercapai sebuah hajat dan keinginannya. Selain pentas di daerah sendiri, kethoprak Bakaran ini juga sering ditanggap dari luar daerah. Bahkan boleh dikatakan setiap hari tidak pernah sepi tanggapan, kecuali bulan Suro dan Puasa. Saya tahu persis karena salah satunya yaitu grup ketoprak Siswo Budoyo hampir selalu mengetikkan jadwal pementasan di warnetku. Selain Siswo Budoyo yang bermarkas di desa Bakaran Wetan, ada juga Cahyo Mudo yang bermarkas di desa Bakaran Kulon.
 
 
Kesenian kethoprak selain menjadi hiburan rakyat juga bisa berfungsi sebagai media alternatif transfer sejarah serta nilai-nilai luhur tradisi (local wisdom). Babat cerita, legenda kerajaan Majapahit, Mataram, Demak, serta tokoh-tokoh legenda seperti Gajah mada, Ken Arok, Wali Songo, Sunan Kalijaga adalah lakon-lakon yang sering dipentaskan yang mengandung nilai sejarah serta nilai-nilai luhur budaya Jawa. Salah satu lakon yang saya suka adalah Saridin. Seorang tokoh yang unik dan kocak sekaligus bijak dari Pati.Juga tentang legenda Dalang Soponyono, yang bertema sejarah asal mula kota Juwana. Selain menghibur, pagelaran kethoprak juga akan memberikan berkah tersendiri kepada para pedagang kaki lima. Mereka dari siang sudah hiruk pikuk menyiapkan dagangan mereka.


Bukan hanya fragmen dan alur cerita saja yang ditonjolkan dalam pagelaran kethoprak. Dalam adegan perang atau berkelahi kita akan disuguhi gerakan-gerakan akrobatis yang memukau. Gaya tendangan dan pukulan sambil bersalto ria di atas panggung sangat luar biasa lincah diperankan para pemain yang pastinya sudah amat terlatih. Meski adegan ini sangat beresiko dan bisa menimbulkan cedera namun sangat menghibur dan mengundang decak kagum penonton. Juga beberapa kreasi penampilan replika hewan-hewan dan makhluk aneh seperti naga, gajah, macan, angrybird yang unik adalah momen yang ditunggu-tunggu para penonton terutama anak-anak. Humor segar serta tingkah polah para dagelan yang mengundang gelak tawa penonton tak henti-hentinya disisipkan di antara adegan demi adegan.Jika tidak hujan maka para penonton dari mulai anak-anak sampai nenek-nenek akan betah duduk di depan panggung sampai jam 4 pagi. Saat pertunjukkan akan berakhir. Bahkan beberapa hari setelahnya mereka masih saja memperbincangkannya. (Mbah Latif)



AYO JALAN-JALAN KE JUWANA

       Kalau saja tidak menyunting gadis asal Juwana sebagai istri, mungkin aku tak akan kenal kota bandeng ini. Dan tak akan pernah menulis ini. Tapi nyatanya, daerah yang sebelumnya tidak aku kenal ini, sekarang telah menjadi tempat tinggalku. Jadi sedikit banyak aku bisa berbagi apa saja yang menarik dari kota kecil di pesisir pantura ini.Dilihat dari segi geografis, Kota kecamatan ini masuk wilayah kabupaten Pati. Letaknya 12 km dari Pati ke arah timur di jalur Pantura. Dan jika kondisi perjalanan lancar maka Anda bisa menempuhnya dari Semarang sekitar 2 jam.

        

Tidak salah kalau Juwana dijuluki kota bandeng. Area pertambakan bandeng terbentang luas hampir 7 km sampai ke batas laut. Dari tambak-tambak ini setiap harinya dihasilkan puluhan ton bandeng untuk diangkut ke pasar ikan. Baik pagi, siang dan malam akan sering kita lihat puluhan orang bersepeda dengan tolok (keranjang ikan) di sepanjang jalan antara area tambak dengan pasar ikan. Sementara para pedagang ikan yang didominasi para wanita sangat sibuk melayani para pedagang ikan dari dalam dan luar kota terutama pada pagi dan malam hari. Dari sinilah roda ekonomi Juwana berputar. Selain bandeng dari tambak ini juga dihasilkan udang windu serta garam.


Geliat ekonomi juga tampak lebih dinamis di pelabuhan dan tempat pelelangan ikan yang terletak di tepi sungai Silugonggo. Setiap pagi hari sampai siang puluhan ton ikan segar diturunkan dari kapal-kapal yang berlabuh untuk kemudian didistribusikan ke daerah-daerah lain. Pelabuhan ikan ini tidak terletak di tepi laut tetapi di tepi sungai Silugonggo. Hal ini menjadikan sungai tersebut ramai oleh kapal-kapal baik kecil maupun besar. Aliran sungai ini juga dipakai  para petani tambak membawa hasil panennya dengan cukrik (perahu motor). Hal ini karena lebih mudah daripada lewat jalan darat apalagi kalau musim hujan.


Masih terkait dengan ikan, Juwana juga dikenal dengan olahan hasil ikan seperti bandeng presto, bandeng tanpa duri, bistik bandeng, pindang, trasi dan lain-lain. Konon katanya bandeng presto yang dipasarkan di kota semarang sebagian dipasok dari Juwana. Industri bandeng presto dan olahan ikan lainnya biasanya merupakan industri rumahan yang tergolong skala kecil sampai menengah. Namun cukup menyerap tenaga kerja yang sebagian besar adalah perempuan. Seperti di desa Dukutalit terdapat beberapa industri rumahan pengolahan ikan pindang yang menjadi tumpuan mata pencaharian keluarga setiap harinya.
                                   

Industri lain yang dominan selain ikan adalah kerajinan kuningan. Di Desa Growong terdapat beberapa pabrik kerajinan kuningan.Berbagai macam barang antik maupun barang keperluan rumah tangga diproduksi di sini seperti souvenir, lampu antik, handel pintu, peralatan kompor gas, peralatan kompresor, peralatan pompa air dan lain sebagainya. Produk kuningan ini telah dipasarkan luas ke seluruh Indonesia bahkan menjadi komoditas ekspor ke luar negeri. Utamanya adalah barang-barang kerajinan antik.
                            

Masih ada satu lagi dari Juwana yaitu tentang batik.Tradisi leluhur kerajian batik tulis Bakaran sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Motif-motif batik tulis Bakaran yang khas seperti : Kawung, Parang, Manggaran, Dele kecer, Blebak, dan lain-lain telah dibuat oleh tangan-tangan trampil pembatik Bakaran. Pusatnya adalah di desa Bakaran Kulon dan Bakaran Wetan. Motif batik bakaran sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Sempat tenggelam dan hampir dilupakan. Kini, batik bakaran mulai bergeliat lagi. Saat ini, lebih dari 300 perajin terus melestarikannya.Pekerjaan "mbatik" ini ada yang dilakukan sebagai pekerjaan utama dan kadang sebagai pekerjaan sambilan. Selain memberi kesibukan para ibu rumah tangga di rumah, juga bisa menjadi penghasilan buat mereka.
        

Masyarakat Juwana, khususnya di desa Bakaran Kulon dan Bakaran Wetan masih syarat dengan budaya dan tradisi leluhur. even-even seperti sedekah bumi, sedekah laut, suronan, dan bersih desa adalah agenda desa yang rutin diselenggarakan. Selain ritual upacara adat juga diselenggarakan pementasan wayang kulit, kethoprak, lomba marathon, sepak bola sampai dengan aneka macam lomba lainnya yang bisa menjadi hiburan tersendiri buat warga. Tradisi khas lain seperti bak kawah, bak punjen, udik-udikan dan lain-lain masih sering kita jumpai di daerah ini.

              

Demikanlah sedikit oleh-olehku tentang Juwana. Jika Anda lewat pantura, jangan lupa mampir ke Juwana dan belilah oleh-oleh khas Juwana untuk keluarga di rumah. (mBah Latif, Pemilik blog:http://mbahlatif.blogspot.com)





PETA WISATA VERSI MAJALAH NATIONAL GEORAPHYC TRAVELLER

Media cetak bertaraf internasional majalah National Geographyc Traveller pernah meliput kota kecil yang ada di kabupaten Pati ini, yakni Juwana. Majalah ini tertarik menguak Juwana lantaran kota kecil yang punya peradaban tua, dan sejarah yang lama, juga terdapat industri kerajinan yang sudah menasional. Di Majalah ini ditulis hampir 4 halaman dengan judul "Jangan Lupakan Juwana". Judul ini memberikan pesan bahwa masih ada daerah yang patut dikunjungi oleh para pegiat wisata di kota ini. Karena banyak terdapat potensi budaya, sejarah, dan industri. Disamping itu Juwana yang sampai pada saat ini masih menjadi pusat perdagangan nasional, dan perikananya terbaik di Indonesia.

Majalah ini melampirkan juga Peta wisata disertahi nama desanya. "Peta wisata kriya dan sejara Juwana, sebuah destinasi alternatip bagi anda pecinta budaya, penikmat keriuhan pelabuhan, sampai pemerhati tradisi leluhur. Mari berkeliling kota melongok potensi kota ini", judul peta majalah yang dirilis pada September 2011.

                                                 

                                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar